Kisah Nabi Adam AS kali ini akan menceritakan dengan lengkap bagaimana sejarah penciptaan
Nabi Adam AS
dan perjalanan hidupnya hingga wafat. Suatu ketika, Allah berbicara di
hadapan para malaikat. Isi pembicaraan berkisar tentang penciptaan Adam,
leluhur manusia. Adam dan keturunannya ini kelak akan menjadi khalifah
(wakil) Allah di bumi. Tugas mereka memakmurkan bumi. Mendengar
penjelasan itu, para malaikat heran. Kenapa harus Adam dan anak cucunya
yang menjadi khalifah? Mestinya, malaikat yang diberi kehormatan seperti
itu. Bukankah malaikat senantiasa bertasbih kepada Allah? Bumi akan
aman bila dihuni malaikat. Tak akan ada kerusakan dan pertumpahan darah.
Para malaikat merasa penasaran. Mungkinkah selama ini Allah kurang
berkenan dengan peribadatan mereka? Oleh karena itu, Allah berkehendak
menciptakan makhluk yang lebih baik. Mereka khawatir kalau Allah
menciptakan Adam itu lantaran kelalaian mereka. Atau ada kesalahan yang
mereka lakukan tanpa disadari. Muncul juga keraguan di kalangan
malaikat. Mampukah manusia mengemban tugas berat itu? Sebab, sebelumnya
bumi pernah dihuni oleh kalangan jin. Ternyata, mereka sering berbuat
keonaran. Banyak terjadi pertumpahan darah, kemaksiatan, dan kerusakan
di sana. Bukan tidak mungkin Adam dan anak cucunya juga akan melakukan
hal sama.
Keraguan para malaikat sebenarnya tidak beralasan. Sebab, Adam mempunyai
beberapa keistimewaan. Adam diciptakan langsung oleh tangan Allah.
Ruhnya juga langsung ditiupkan olehNya. Selain itu, Adam juga dikaruniai
akal. Berkat akal inilah Adam bisa mengamati, mempelajari, dan memahami
benda-benda. Akal inilah yang memungkinkan Adam dan anak cucunya bisa
menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi. Keistimewaan ini benar-benar
terbukti. Adam mampu mengungkapkan nama benda-benda. Kemampuan ini
ternyata tidak dimiliki para malaikat. Mereka bungkam ketika disuruh
untuk melakukan hal sama. Akhirnya, para malaikat pun mengakui
keistimewaan Adam.
Nabi Adam Berasal dari Tanah
Kata Adam berasal dari adim. Adimul Ardli berarti
permukaan bumi. Nama Adam erat kaitannya dengan bahan penciptaan. Adam
diciptakan dari tanah yang ada di permukaan bumi. Setelah mati, Adam dan
anak cucunya juga akan dikuburkan di dalam tanah.
Akhirnya, wujud Adam menjadi sempurna. Allah kemudian meniupkan ruh
kepadanya. Setelah ruh ditiupkan, Allah menyampaikan sebuah titah kepada
para malaikat. Titah itu juga berlaku bagi makhluk lain yang saat itu
berada dekat dengan para malaikat. Isi titah menyebutkan agar para
malaikat bersujud kepada Adam. Suatu penghormatan yang tak diberikan
kepada makhluk selainnya. Alhasil, para malaikat patuh kepada titah sang
pencipta. Mereka bersujud kepada Adam. Namun, ada makhluk yang
membangkang. Dialah si Sombong Iblis. Makhluk dari kalangan bangsa jin
ini merasa sok hebat. Dia merasa lebih mulia ketimbang Adam. Alasannya,
iblis diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Api lebih baik
daripada tanah?
Iblis yang Sok Hebat
Sifat sombong iblis terlihat dari dua sikap. Pertama, iblis memandang
rendah Adam. Di mata iblis, Adam hanyalah makhluk kemarin sore,
sedangkan dia sudah ada jauh sebelum Adam ada. Lalu, Adam pun diciptakan
dari tanah, sedangkan dia diciptakan dari api. Masa, dia harus hormat
kepada makhluk seperti Adam itu. Kedua, iblis menolak kebenaran. Iblis
menolak untuk bersujud kepad Adam. Padahal, dia tahu bahwa yang memberi
titah itu adalah Allah.
Penolakan iblis jelas merupakan kedurhakaan. Allah murka kepadanya.
Akibatnya, dia diusir dari surga. Tak hanya itu, iblis juga mendapat
laknat Allah sampai hari kiamat. Ciri orang yang mendapat laknat Allah
ialah tak bisa keluar dari kesesatan. Itulah sebabnya, iblis selamanya
berada dalam kesesatan. Bermula dari kesombongan, selanjutnya muncul
kedengkian. Iblis merasa tidak nyaman lagi. Pasalnya, ada makhluk yang
mendapat kemuliaan lebih darinya. Dia tak terima. Tidak boleh ada
makhluk lain yang mengunggulinya. Oleh karena itu, dia ingin membuktikan
kalau Adam itu tidak ada apa-apanya. Caranya, dia akan berusaha
menyesatkan Adam dan anak-cucunya.
Maka, kadung mendapat laknat, iblis meminta tempo. Dia meminta umur
panjang. Tak tanggung-tanggung, sampai hari kiamat. Umur selama itu akan
dipergunakannya untuk membalas dendam. Iblis tidak ingin sendirian
berada di neraka. Dia ingin membawa Adam dan keturunannya turut serta.
Penciptaan Hawa
Hidup seorang diri tidaklah mengenakkan. Hal ini juga dirasakan Adam.
Tak ada teman curhat. Tak ada kawan berbagi baik dalam suka maupun duka.
Pendek kata, Adam merasakan kesepian. Ia membutuhkan seorang
pendamping. Kemudian, Hawa diciptakan. Bahannya diambil dari tulang
rusuk Adam. Ketika itu, Adam yang sedang terlelap tidur Allah mengambil
tulang rusuknya yang sebelah kiri. Walau diambil tulang rusuk, Adam tak
merasakan sakit. Sekiranya merasa sakit, tentu Adam tidak akan sayang
kepada Hawa.
Setelah Hawa tercipta, para malaikat bertanya, "Adam, siapa yang ada di samping kau?"
"Seorang perempuan"
"Siapa namanya?"
"Hawa"
"Untuk apa Allah menciptakan Hawa?"
"Untuk mendampingi saya, memberi saya kebahagiaan, dan memenuhi keperluan hidup saya sesuai dengan kehendak Allah."
Kebahagiaan semakin lengkap. Allah menyuruh Adam dan Hawa tinggal di
surga. Kehidupan di sana serba enak. Apa saja boleh dilakukan. Mereka
bebas mencicipi apa saja sepuasnya. Namun, ada satu pantangan. Adam dan
Hawa tidak boleh mendekati pohon larangan. Larangan ini harus dipatuhi.
Jika tidak, mereka bisa celaka. Di surga, Adam tidak perlu mencari
nafkah. Segala keperluan sudah tersedia. Pendek kata, Adam dan Hawa
tidak akan kelaparan, kehausan, dan kelelahan. Sungguh menyenangkan.
Semua boleh dilakukan. Yang penting tidak dekat-dekat dengan pohon
larangan. Mudah, bukan?
Dosa Pertama Nabi Adam dan Hawa
Sejak membangkang, iblis tidak diperkenankan lagi tinggal di surga.
Perasaan dendam dan dengki iblis semakin menjadi-jadi. Iblis tidak
senang melihat Adam dan Hawa bahagia. Oleh karena itu, iblis lalu
mencari-cari kesempatan. Dia ingin memperdaya mereka. Pokoknya, Adam
juga harus keluar dari surga. Kesempatan itu kini ada. Pohon larangan!
Adam dan Hawa dilarang mendekati pohon itu. Ini peluang emas, tidak
boleh disia-siakan. Iblis merasa sangat senang. Inilah saat untuk
membuktikan. Adam dan Hawa akan menjadi pecundang. Apa pun caranya, Adam
dan Hawa harus berhasil dijerumuskan. Segala reka perdaya mesti
dilakukan. Berbaga muslihat direncanakan. Pertama-tama, iblis harus
mendapat kepercayaan. Dia pun melakukan pendekatan. Dia berpura-pura
menganggap Adam dan Hawa sebagai teman. Tutur katanya menawan. Bermacam
rayuan dibisikkan iblis. Dikatakan bahwa dia ingin memberi nasihat. Ada
rahasia besar yang ingin disampaikan. Rahasia supaya Adam dan Hawa bisa
hidup kekal.
Akhinya, Hawa tak kuasa menahan diri. Hawa memakan buah pohon larangan.
Hawa pulang dengan perasaan senang. Diceritakannya pengalaman tadi
kepada Adam. Adam begitu tertarik. Ia juga ingin mencicipi. Pohon itu
kemudian didekati. Buahnya dipetik. Dan...Adam memakan buahnya.
Lengkap sudah. Adam dan Hawa melabrak larangan. Tak hanya mendekati
pohon larangan, tetapi juga memakan buahnya. Tak lama kemudian, Adam dan
Hawa merasakan akibatnya. Aurat mereka terbuka. Perasaan malu begitu
saja membuncah. Mereka berusaha mencari-cari dedaunan. Maksudnya, untuk
menutupi aurat mereka. Namun, pohon-pohon surga menjauh. Untungnya, ada
satu pohon yang merasa kasihan. Pohon Tin mau memberikan daun-daunnya.
Aurat mereka pun bisa tertutupi.
Adam dan Hawa sangat malu. Tak hanya karena aurat mereka terbuka. Tetapi
juga, karena teguran Allah kepada mereka. Adam dan Hawa sangat
menyesal. Mereka telah bebuat kesalahan. Sambil menitikkan air mata,
mereka memanjatkan doa.
"Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami. Sekiranya, Engkau tidak
berkenan mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk
orang-orang yang merugi."
Nabi Adam Diturunkan ke Bumi
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tobat Adam dan Hawa diterima.
Kesalahan mereka diampuni. Adam dan Hawa merasa tenang. Ampunan Allah
membuat hati mereka terasa lega. Pengalaman itu menjadi pelajaran
berharga. Adam dan Hawa sadar. Iblis benar-benar musuh. Musuh yang harus
senantiasa diwaspadai. Segala bujuk rayunya mesti dijauhi. Hidup kekal
ternyata muslihat iblis. Akibat terperdaya, kini Adam dan Hawa harus
pindah. Mereka tak bisa lagi tinggal di Surga. Allah menyuruh mereka
turun ke bumi. Sekarang, Adam dan Hawa tinggal di bumi. Mengemban tugas
menjadi khalifah. Namun, perseteruan iblis dan Adam terus berlanjut.
Iblis akan terus berusaha mewujudkan janjinya. Janji untuk menyesatkan
Adam.
Demikian, Adam dan Iblis menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan ini juga
berlaku untuk keturunan Adam dan iblis. Permusuhan akan terus
berlangsung sampai hari kiamat. Kenikmatan surga tinggal kenangan. Dulu,
di surga serbaada. Mau makan tinggal makan, mau minum tinggal minum.
Namun di bumi, Adam dan Hawa tak bisa berpangku tangan. Mencari sesuap
nasi menjadi tugas. Mereka harus bekerja keras.
Saat diturunkan ke bumi, Adam dan Hawa terpisah. Hawa diturunkan di
daerah Jeddah, Saudi Arabia. Kata Jeddah berarti nenek. Hawa adalah
nenek seluruh umat manusia. Sementara itu, Adam diturunkan di daerah
Hindustan. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah di dataran Arafah. Oleh
karena itu, Jabal Rahmah kerap dijadikan simbol “cinta” oleh para
peziarah. Perasaan bahagia begitu membuncah. Betapa tidak, sekian lama
berpisah akhirnya bertemu jua. Hidup menjadi lebih bersemangat.
Sekarang, keduanya bisa berkumpul lagi. Berjuang bersama lebih mudah
daripada sendiri-sendiri. Bisa saling menjaga, dan saling menasihati.
Anak-anak Nabi Adam dan Hawa
Adam dan Hawa hidup bersama lagi. Mereka adalah pasangan suami-istri
pertama. Keduanya beranak-pinak. Setiap kelahiran selalu kembar,
laki-laki dan perempuan. Persalinan pertama, lahirlah Qabil dan Iklima.
Lalu, persalinan kedua, lahirlah Habil dan Labuda. Adam dan Hawa sangat
bahagia. Kehangatan keluarga semakin bertambah. Semua ini berkat
kehadiran anak-anak. Anak-anak menumbuhkan harapan. Ada penerus
perjuangan. Selanjutnya, anak-anak berketurunan lagi. Mereka melahirkan
cucu dan seterusnya. Jumlah keturunan Adam terus bertambah. Semakin lama
semakin banyak.
Qabil, Habil, Iklima, dan
Labuda beranjak remaja.Mereka
tumbuh di bawah asuhan orang tua. Sifat-sifat mereka mulai kelihatan.
Qabil berperangai kasar, sedangkan Habil berperangai santun. Iklima
tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedang Labuda biasa-biasa saja.
Tugas-tugas Adam dan Hawa mulai berkurang. Anak-anak mereka sudah bisa
diandalkan. Labuda dan Iklima membantu urusan rumah tangga, sedangkan
Qabil dan Habil menekuni bidang pertanian, sedangkan Habil di bidang
peternakan.
Dosa Anak Nabi Adam
Keempat putra-putri Adam tumbuh dewasa. Masing-masing sudah memiliki
ketertarikan terhadap lawan jenis. Allah kemudian memberi Adam petunjuk.
Putra-putri Adam harus segera dinikahkan. Dengan ketentuan,
masing-masing tidak boleh dinikahkan dengan saudara kembarnya. Artinya,
Qabil harus menikahi Labuda, sedangkan Habil harus menikahi Iklima.
Ketentuan itu kemudian disampaikan. Adam berharap putra-putrinya tak
keberatan sebab ini merupakan ketentuan Allah. Tak boleh ada yang
menolak. Semua pihak harus setuju. Demikian, Adam memberi penegasan. Tak
disangka, Qabil menolak ketentuan itu. Ia bersikeras untuk menikah
dengan Iklima, adik kembarnya. Iklima memang gadis yang cantik. Qabil
sangat tertarik. Dengan kata lain, Qabil menolak dinikahkan dengan
Labuda. Alasannya, Labuda tidak cantik. Qabil merasa lebih berhak untuk
menikahi Iklima. Toh, Iklima adalah adiknya sendiri. Qabil tidak rela
kalau Iklima dinikahi Habil.
Qabil bersikukuh. Tegas-tegas, ia menolak dinikahkan dengan Iklima.
Melihat gelagat kurang baik ini, Adam berusaha mencari jalan keluar.
Jalan keluar yang disepakati oleh semua pihak. Tidak boleh ada pihak
yang dikecewakan. Perselisihan harus dihindarkan. Sebab, perselisihan
akan mengusik ketenangan.
Akhirnya, Adam mendapatkan jalan keluar. Menurut Adam, persoalan jodoh
harus diserahkan kepada Allah. Apa pun keputusan-Nya, semua harus
pasrah. Adam mengusulkan agar Qabil dan Habil berkurban. Siapa yang
kurbannya diterima, ia berhak menikahi si cantik, Iklima. Qabil dan
Habil setuju. Mereka sepakat, yang menang itulah yang berhak mendapatkan
Iklima. Kemudian, masing-masing mempersiapkan diri. Qabil semakin
rajin. Setiap hari, ia mengurus ladangnya. Habil juga tak mau kalah. Ia
bertambah giat. Setiap hari, ia menggembalakan ternak-ternaknya.
Hari yang ditentukan pun tiba. Qabil bergegas menuju ladang. Ladang
gandumnya sangat lebat. Hasil jerih payahnya selama ini. Timbullah sifat
kikir dalam hati Qabil. Ia memilih-milih gandum yang akan dijadikan
kurban. Ia sengaja memilih gandum yang kurang baik. Setelah karung
terisi, Qabil membawanya ke sebuah bukit. Gandum itu kemudian diletakkan
di atas bukit itu. Di tempat yang berbeda, Habil juga sedang sibuk. Ia
berjalan ke sana kemari. Memilih-milih kambing yang paling baik. kambing
yang paling gemuk dan sehat. Setelah di dapat, Habil membawanya ke
bukit yang sama.
Qabil dan Habil sudah meletakkan kurbannya. Dari tempat yang jauh,
mereka memandangi bukit itu. Mata mereka terus tertuju ke arah bukit.
Anggota keluarga yang lain juga turut menyaksikan. Hati mereka
berdebar-debar. Kurban siapa gerangan yang akan diterima?
Selang beberapa saat, terlihat api besar turun dari langit. Api itu
kemudian menyambar kambing. Habil bersyukur, kurbannya diterima. Dalam
tempo singkat kambing Habil pun lenyap. Si jago merah melalapnya.
Sementara itu, gandum Qabil masih utuh. Sedikit pun tidak berkurang.
Walhasil, Habil menjadi pemenang. Kurbannya diterima. Sesuai dengan
kesepakatan, ia berhak mempersunting si cantik Iklima. Hati Habil
berbunga-bunga, Ia sangat bahagia. Lain halnya dengan sang kakak. Qabil
merasa sangat kecewa. Kurbannya tak diterima, Ia gagal menikahi Iklima.
Qabil tidak bisa menolak. Dengan perasaan kecewa, Ia menerima keputusan
Habil dinikahkan dengan Iklima. Qabil benar-benar kecewa, harapannya
pupus. Dia tak bisa menikah dengan Iklima. Kekecewaannya semakin
menjadi-jadi. Lambat laun tumbuhlah perasaan dengki. Dengki melahirkan
dendam. Dendam memunculkan niat jahat. Akhirnya, Qabil bertekad
menghabisi Habil.
Pembunuhan Pertama di Dunia
Suatu ketika, Adam hendak bepergian. Sebelum berangkat, Adam
menyampaikan amanat kepada Qabil untuk menjaga semua anggota keluarga.
Kerukunan harus dipelihara. Qabil mengangguk-angguk. Ia berjanji untuk
menjalankan amanat itu dengan sebaik-baiknya. Dalam hati, Qabil tertawa.
Ia merasa senang. Senang bukan karena mendapat kepercayaan dari sang
ayah. Tetapi, ia merasa mendapat kesempatan. Ya, kesempatan untuk
membalas dendam.
Adam berangkat dengan hati tenang. Dengan sepenuh hati, ia percaya
kepada Qabil. Bagaimanapun Qabil adalah anak sulung. Qabil yang
dituakan. Tak lama setelah Adam berangkat, Qabil bersiap-siap. Ia akan
menyatroni peternakan. Sesampainya di sana, Qabil segera menghampiri
Habil.
"Aku datang untuk membunuh kau!" Qabil menghardik penuh kebencian.
"Apa salah saya? Mengapa kakak hendak membunuh saya?"
"Karena kau telah merampas harapanku. Kau telah merebut Iklima."
"Allah yang menentukan. Saya hanya berusaha."
"Saya juga berusaha!" bentak Qabil.
"Ketahuilah kakak, Allah hanya menerima kurban dari orang berhati tulus.
Orang yang berhati tulus akan memilih kurban yang paling baik. Kenapa
kakak memilih gandum yang busuk. Jelas saja, kurban kakak tidak
diterima."
"Sudahlah! Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat. Aku tetap akan membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Bukannya kakak juga telah setuju dengan penyelesaian seperti itu?
Sadarlah, Kak. Kakak jangan terperdaya oleh setan. Ingat, setan adalah
musuh kita. Setan yang telah mengakibatkan ayahanda dan ibunda keluar
dari surga. Berpikirlah sebelum bertindak, jangan sampai kakak menyesal
kelak."
"Diam! Aku akan membunuh kau!"
"Jika kakak bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut kepada
Allah. Saya tidak akan melakukan perbuatan zalim. Semua saya serahkan
kepada Allah."
Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Nasihat Habil sama sekali tak
ada artinya. Yang terjadi malah Qabil semakin marah. Dendam semakin tak
tertahan. Rasanya, ia ingin segera menghabisi nyawa adiknya itu. Iblis
tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia terus-menerus membisikkan
kejahatan. Sebenarnya, Qabil sendiri kebingungan. Tak tahu apa yang
harus dilakukan. Belum terpikirkan bagaimana membunuh habil.
Saat Qabil kebingungan, Iblis menjelma. Di hadapan Qabil, Iblis
mencontohkan. Iblis menghantam kepala seekor burung dengan batu. Darah
segar muncrat. Kepala burung itu pecah. Sesaat burung itu
menggelepar-gelepar, lalu mati. Qabil mendapat ide. Sekarang, ia tahu
apa yang harus dilakukan. Tinggal menunggu saat yang tepat. Saat itu,
Habil sedang terlelap tidur. Qabil berjalan. Ia menghampiri sang adik.
Batu besar menghantam kepala Habil. Saking kerasnya hantaman batu besar,
tak lama kemudian Habil menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini
merupakan pembunuhan yang pertama kali dilakukan manusia di bumi ini.
Belajar dari Burung Gagak
Bingung. Demikian, yang dialami Qabil setelah membunuh sang adik. Tak
tahu apa yang harus dilakukan. Mayat Habil lama tergeletak.
Sampai-sampai, mengeluarkan bau busuk. Qabil hanya bisa mondar-mandir.
Beberapa lama kemudian, datanglah dua ekor burung gagak. Kedua burung
ini berkelahi. Salah satunya, kemudian mati. Lalu, si pemenang menggali
tanah dengan cakarnya. Setelah cukup, bangkai burung gagak itu
dimasukkan. Bangkai burung gagak itu dikuburkan ke dalam lubang. Melihat
kejadian itu, Qabil termenung. Ia baru menyadari kedunguannya.
"Bodoh sekali aku ini! Masa aku kalah pintar sama burung gagak itu," gerutunya.
Burung gagak telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan
oleh Qabil. Sebuah lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan
mayat Habil ke dalamnya.
Beberapa hari kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan
keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan.
Sampai di rumah, Adam beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul
di dekatnya. Usai melepas lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari
tadi Habil tak kelihatan. "Dimana Habil?" tanyanya.
"Saya tidak tahu."
"Kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga, kan? Ke mana Habil?"
"Saya tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga Habil setiap saat." jawab Qabil ketus.
Pasti telah terjadi sesuatu, pikir Adam. Tapi, ke mana gerangan harus
mencari Habil? Akhirnya, Adam pun tahu. Habil telah dibunuh. Pelakunya
siapa lagi kalau bukan Qabil. Adam sangat berduka. Terbayang bagaimana
Habil dianiaya. Tega nian sang kakak. Disuruh menjaga, malah membunuh.
Gara-gara dengki, hubungan keluarga jadi rusak. Seorang kakak bahkan
tega membunuh adik kandungnya sendiri. Sungguh menyedihkan. Setan telah
memanfaatkan kesempatan. Adam hanya berserah diri kepada Allah. Semua ia
terima sebagai kehendak-Nya. Kepedihan ia hadapi dengan kesabaran.
Bahkan, ia tetap memohonkan ampunan untuk anaknya, Qabil.
Nabi Adam Wafat
Nabi Adam terus berdakwah di kalangan anak cucunya, mengajak mereka
mengamalkan ajaran Allah untuk menyembah-Nya, berbuat baik kepada
sesama, jujur, dan saling menolong. Dalam riwayat, Nabi Adam wafat dalam
usia seribu tahun setelah sebelumnya menderita sakit selama 11 hari.
Setahun kemudian Hawa meninggal. Sebagian riwayat menyatakan Nabi Adam
dimakamkan di kota Mekah dan Hawa dimakamkan di kota Jedah.
Demikianlah uraian tentang
Kisah Nabi Adam AS: Tercipta hingga Wafat, semoga bermanfaat.
Referensi:
- Alfarisi, M Zaka. 2007. Kisah Seru 25 Nabi & Rasul. Bandung: Mizan.
- Sumber : http://www.ilmusiana.com/2016/04/kisah-nabi-adam-as-tercipta-hingga-wafat.html